Rabu, 26 April 2017

Lagu Buah Bolok dan Makna di Dalam Liriknya



Nama : Mira Santika
NIM : 1614015006

Catatanku : Menerjemahkan dan Menemukan makna dalam Lagu “Buah Bolok”
 
Sudah tak asing bagi kita jika mendengar bahasa-bahasa daerah yang berbeda ditiap suku di Indonesia.Ada juga lagu-lagu daerah dengan bahasa daerahnya masing-masing.Tentunya juga lagu-lagu didalamnya juga menampilkan sesuatu hal yang khas didaerahnya masing-masing.Begitupun dengan lagu Buah Bolok,bahkan kata-kata 'Buah Bolok' disebutkan dipertama baitnya.
Membahas tentang lirik lagu dalam bahasa daerah,adanya pandangan yang mengatakan bahwa bahasa itu sebagai perpaduan komponen bunyi,pikiran dan situasi,bahasa itu bersifat linear yang menjadi dasar adanya lingual,seperti kata,frase dan seterusnya (Mahmud,1991:22).Itulah kenapa ketika menerjemahkan bahasa daerah ke bahasa Indonesia seringkali malah memiliki kata yang panjang dibanding bahasa awalnya.Berikut adalah lirik lagu dari daerah Kutai yang saya translasikan dalam bahasa Indonesia :

Buah Bolok
Buah bolok kuranji papan
Dimakan mabok dibuang sayang
Busu embok etam kumpulkan
Rumah-rumah jabok etam lestarikan

Buah salak muda diperam
Dimakan kelat dibuang sayang
Spupu dengsanak etam kumpulkan
Untuk menyambut wisatawan

Buah terong di gangan nyaman
Jukut blanak tolong panggangkan
Musium Tenggarong Mulawarman
Yok dengsanak etam kerangahkan

Buah bolok kuranji papan
Dimakan mabok dibuang sayang
Keroan kanak sekampongan
Etam begantar bejepenan

Translate :
Buah Bolok Kuranji papan
Dimakan mabuk dibuang sayang
Om dan tante kita kumpulkan
Rumah-rumah rusak kita lestarikan

Buah salak muda disimpan
Dimakan tak manis dibuang sayang
Sepupu dan saudara kita kumpulkan
Untuk menyambut wisatawan

Buah terong disayur enak
Ikan belanak tolong panggangkan
Musium Tenggarong Mulawarman
Ayo saudara kita banggakan

Buah bolok kuranji papan
Dimakan mabuk dibuang sayang
Sekumpulan anak-anak sekampungan
Kita bergoyang menari jepen

Lirik secara spontan melahirkan dan mewujudkan perasaan batin seseorang.Berdasarkan hubungan antara aku dan kenyataan dibedakan lirik langsung yang dapat menimbulkan makna baik secara tersirat ataupun tersurat (Rahmanto & Hartoko,1986:79).Dalam bait-bait lirik diatas dapat kita lihat bahwa ada beberapa kata yang dirangkai untuk menimbulkan suatu keselarasan,seperti pantun.Terlihat pada setiap akhir kalimat yang diakhiri dengan hurup n-g,n-n,m-n.Dalam tiap bait lagunya tersimpan estetika yang dapat menarik masyarakat untuk mendengarkan.
Dalam lirik pertama buah bolok kuranji papan, buah bolok adalah jenis buah hutan yang buahnya berada dibandir dan pohon bagian bawah sangat digemari oleh pelanduk (kancil),kijang dan rusa.Jelaslah bahwa judul dari lagu diambil dari bait pertamanya, dan dalam pribahasa masyarakat kutai buah bolok kuranji papan berati berdiam diri tanpa melakukan apapun (sesuatu yang dapat menimbulkan kebosanan).Dalam bait pertama ini dirasa mengandung motif.Dimana motif yang berati unsur yang penuh arti dan diulang-ulang (Rokhmansyah,2013:67).Dengan lirik pertama buah bolok kuranji papan,dimakan mabok dibuang sayang, kemudian dilanjutkan dengan busu embok etam kumpulkan,rumah-rumah jabok etam lestraikan, busu dan embok yang berati om dan tante serta rumah-rumah jabok artinya rumah-rumah yang buruk,rumah disini adalah rumah khas kutai.Asumsi yang saya dapat ketika menyanyikan lirik yaitu mengandung ajakan kepada masyarakat untuk melestarikan rumah-rumah khas kutai (rumah panggung) yang sudah buruk.Jadi,kesimpulannya adalah motif dari bait pertama adalah, dari pada berdiam diri tanpa melakukan apapun lebih baik rumah-rumah yang buruk dilestarikan.
Dan lagi-lagi disambut dengan kata-kata yang mengandung makna di bait kedua,yaitu buah salak muda diperam dimakan kelat dibuang sayang,spupu dengsanak etam kumpulkan untuk menyambut wisatawan.Salak muda disini mengacu pada generasi muda,yang bila hanya berdiam diri dia tidak akan punya rasa (berasal dari kata ungkapan ‘kelat’ yang berati tidak ada rasa manis ).Jadi,dari pertimbangan itu, menurut saya makna kata itu adalah generasi muda yang berdiam diri tanpa mengetahui budayanya sendiri,tidak ada yang bisa diharapkan darinya tapi dibuang/diabaikan tidak mungkin,karena generasi muda inilah yang akan mengenalkan tentang kebudayaan kutai kepada para wisatawan dan pendatang.
Kekhawatiran akan hilangnya kebudayaan akibat arus globalisasi dan banyaknya asumsi akan mematikan senibudaya tradisional itu sendiri (Yoety,1990:60).
‘Buah terong di gangan nyaman,jukut blanak tolong panggangkan
Musium Tenggarong Mulawarman,yok dengsanak etam kerangahkan’.Pada bait ini,diperkenalkan sebuah objek wisata di Kalimantan yaitu Musium Tenggarong Mulawarman,dan di lanjutkan dengan ajakan.’Yok dengsanak etam kerangahkan’,dimana ada kata kerangahkan yang berasal dari kata ‘rongah’ yang artinya bangga,jadi kerangahkan artinya banggakan.Asumsi saya,bahwa ajakan ini dilakukan untuk menarik objek wisata untuk datang ke Musium Tenggarong Mulawarman,dan bagaimana Musium Tenggarong Mulawarman juga merupakan kebanggaan bagi masyarakat kutai.Hanya asumsi tanpa berdasar apa-apa,saya menarik kesimpulan tentang pribahasa ‘buah terong di gangan nyaman,jukut blanak tolong panggangkan’,yang menurut saya,jika generasi muda sudah diajarkan dan mau di ajarkan tentang budayanya,’jukut blanak’ yang merupakan salah satu jenis ikan yang sering dipanggang, yang mungkin berati semangat.Kesimpulan yang saya tarik adalah,jika anak muda yang mau belajar tentang budayanya dan memiliki semangat tentang budayanya sendiri,dia pasti bangga dengan Musium Tenggarong Mulawarman.Dan akan meneliti,dan meneliti dan mengembangkan Musium Tenggarong Mulawarman suatu saat nanti.
Dilirik selanjutnya,buah bolok kuranji papan,dimakan mabok dibuang sayang,keroan kanak sekampongan,etam begantar bejepenan.’Keroan’ yang artinya sekumpulan atau sekelompok, ‘kanak’ yang berati anak-anak dan sekampungan,dan ajakan untuk menari jepen yang merupakan arti dari ‘begantar bejepenan’.Jepen adalah tarian daerah yang biasanya diiringi dengan musik tingkilan.Menurut saya,’buah bolok kuranji papan,dimakan mabok dibuang sayang,keroan kanak sekampongan,etam begantar bejepenan’ bermaksud ‘daripada berdiam diri tanpa melakukan apapun,lebih baik anak-anak dajak untuk menari jepen untuk mengenalkan mereka dengan tarian daerahnya.
Dengan mengartikan setiap bait dan menghubungkan setiap maknanya, dapat saya simpulkan bahwa lagu ‘buah bolok’ adalah lagu yang memiliki fungsi untuk mengajak dan mengenalkan kepada para wisatawan dan pendatang untuk datang dan mengetahui tentang kebudayaan di daerah Kutai.Tentunya dengan memasukan beberapa kebudayaan dan objek wisata didaerah Kalimantan Timur.

Daftar Pustaka

Rahmanto.B,Hartoko.Dick1986.Pemandu di Dunia Sastra.Yogyakarta:Penerbit Kanisus.

Rokhmansyah,Alfian.2013.Studi dan Pengkajian Sastra Perkenalan Awal terhadap Ilmu Sastra.Yogyakarta:Graha Ilmu.

Yoety,A,Oka.1990.Komersialisasi Seni Budaya dalam Pariwisata.Bandung: Penerbit Angkasa.

Mahmud,Kusman.1991.Sastra Indonesia dan Daerah.Bandung:Penerbit Angkasa

Sabtu, 22 April 2017

PENGADILAN PUISI MUTAKHIR INDONESIA

Catatanku : Ringkasan mengenai
“PENGADILAN PUISI”
Pamusuk Aneste
Menurut Sapardi Djoko Damono,gagasan asli pengadilan puisi dari Darmanto pada tahun 1970 dan dimaksudkan sebagai badutan.Jika kita membaca tulisan Darmanto maupun tulisan Slamet Kirnanto memang terasa didalamnya ketidakpuasan terhadap kehidupan puisi Indonesia.
Slamet Kirnanto yang menjadi jaksa.Dan majelis hakim yang terdiri atas dua orang,yaitu Hakim Ketua Sanento Yuliman,didampingi Darmanto Jt.Sedangkan pembelanya,yaitu Taufiq Ismail dan Sapardi Djoko Damono.Taufiq Ismail menerima surat melalui Sutardji Calzoum Bachri mengenai perihal undangan untuk mengikuti Pengadilan Puisi.Taufiq Ismail menerima “jabatan pembela”,dan karena Sapardi Djoko Damono tidak datang karena sakit,Taufiq Ismail meminta Hendrawan Nadesul untuk mendampinginya.Dan saksi-saksi yang telah dipilih.
Dalam pengadilan yang berlangsung,Slamet Kirnanto yang sebagai hakim membacakan tuntutannya : “ Saya Mendakwa Kehidupan Puisi Indonesia Akhir-akhir ini tidak Sehat,tidak Jelas dan Brengsek !”.
Tuntutan yang berdasarkan “Kitab Undang-undang Hukum Puisi,adalah sebagai berikut:
1. Para kritikus khususnya H.B Jassin dan M.S Hutagalung harus “dipensiunkan” karena dianggap tidak mampu mengikuti perkembangan puisi mutakhir.
2. Para editor majalah sastra,khususnya Sapardi Djoko Damono dicuti besar-besaran.
3. Para penyair mapan seperti Subagio,Rendra,Goenawan dan sebangsanya dilarang menulis puisi dan epigonnya harus dikenakan hukum pembuangan,dan
4. Majalah Horison dan Budaya Jaya harus dicabut SIT-nya dan yang sudah terbit selama ini dinyatakan tidak berlaku,dan dilarang untuk dibaca peminat sastra serta masyarakat umum sebab akan mengkisruhkan perkembangan sastra dan puisi yang diharapkan sehat dan wajar.

Sapardi Djoko Damono berkesimpulan bahwa tuntutan Slamet Kirnanto ditulis dengan bahasa yang buruk,tidak berisi hal-hal baru dan tidak kocak.Tuntutan-tuntutan yang diucapkan jaksa sebagai bentuk kejengkelannya itu cukup terdengar konyol.Dari jalannya Pengadilan Puisi saja terdengar konyol,yaotu sebuah kursi kosong ditengah,terdakwa yang tidak berjasad : Puisi Mutakhir Indonesia.Lalu,kursi kosong itu diseret kesana-kemari dan saksi-saksi pun bergantian menduduki kursi terdakwa.
Saksi ada dua macam,yang memberatkan dan yang meringankan.Saksi golongan pertama,yaitu : Sutardji,Sides Sudyarto, Abdul Hadi dan Pamusuk Eneste,kemudian golongan kedua yaitu Saini K.M, Wing Kardjo,Adri Darmadji dan Yudhistira Adri Noegraha.
Sedang, H.B Jassin yang disebut-sebut namanya dalam Pengadilan Puisi,mengatakan bahwa ia adalah orang yang masuk kedalam golongan ketiga,karena Jassin berpikir bahwa ia dapat menerima segala macam imajinasi-imajinasi penulis bagaimanapun anehnya.Dan tentunya,ia sudah mendengar tentang salah satu tuntutan yang mengatakan bahwa ia sebagai kritikus yang harus dipensiunkan karena tidak mapu mengikuti perkembangan zaman.Jassin berpendapat,walaupun ia pensiun menjadi pegawai negeri,ia tidak akan berhenti dibidang kesusastraan.”Sepuluh tahun lagi,siapakah yang masih bersuara diantara orang-orang yang berkaok-kaok sekarang ini dan apakah prestasi yang telah mereka berikan kepada kesusastraan Indonesia ?” tanggapannya mengenai tuntutan di Pengadilan Puisi.
Begitupun dengan M.S Hutagalung yang pada awalnya menganggap “pengadilan puisi” hanya lelucon yang tidak harus ia tanggapi serius.M.S Hutagalung malah mengemukakan pendapatnya mengenai tuntutaan Slamet Kirnanto sebagai Jaksa, yaitu nahwa pandangan Slamet Kirnanto tidak sehat dan pernyataannya tidak ada bukti,serta yang menyebabkan puisi mutakhir menjadi brengsek bukan karena kritikus.Dan ia mengatakan bahwa jika ingin menilai para kritikus,nilailah dari karya mereka sebagai ‘pengarah’ sastra Indonesia.Secara garis besar,ia mengatakan tuntutan dari Slamet Kirnanto tidak wajar dan tidak dapat ia terima.
Slamet Kirnanto mengatakan bahwa kritikus hanya terpikat pada yang istimewa.Dimana,Hutagalung mengistimewakan Subagio.Ia mengatakan,bahwa puncak keberhasilan Subagio yaitu pada sajak “Dan Kematian Semakin Akrab”.Kemudian ditangkis oleh H.B Jassin yang berpendapat bahwa W.S Rendra adalah penyair terbesar karena Rendra berhasil menggambarkan gagasan-gagasan terdalam.Dan bagi Hutagalung sajak-sajak Rendra sering tergelincir pada permainan kata yang terlalu manis dan bombastis,dan sajaknya banyak klise-klise dan bibel. Darmanto berpendapat bahwa,puisi Indonesia dibayangi oleh Chairil Anwar,sehingga Chairil Anwar telah menjadi sistem penilaian terhadap puisi Indonesia lain.Sitor Situmorang dan W.S Rendra suram dibawah bayangannya.Dan Taufiq Ismail hadir sebagai angin baru.
Slamet Kirnanto merasa geli mendengar perdebatan itu,dan berpendapat bahwa Hutagalung tergoda oleh tingkat intelektualitas yang dimilikii Subagio sedang Jassin terpengaruh oleh popularitas Rendra.Itulah sebabnya Slamet Kirnanto menjatuhkan tuntutan tentang “dipensiunkan” kepada para kritikus,karena para kritikus dianggap tidak mengikuti perkembangan.Sehingga,apa yang diajukan hanya bersifat pendapat pribadi dengan melihat kepopuleran seorang penyair tanpa mau memperhatikan penyair-penyair lain,sehingga dengan kata lain mereka berpedapat seperti itu karena fokus mereka hanya pada penyair-penyair yang telah mereka tunjuk.Begitupun dengan komentar Goenawan Mohamad tentang tuntutan Slamet Kirnanto dipengadilan pusi bahwa Pengadilan puisi ini juga menunjukan ciri-ciri beberapa seniman,yang gemar mencari bentuk baru dan menimbulkan kontroversial untuk menarik khalayak untuk berkerumumun.
Dan sidang dihentikan sejenak untuk para hakim menyusun keputusannya dengan menindahkan Kitab Undang-undang hukum puisi,mempertimbangkan Hukum Adat serta membaca Cerita Adat.Hakim Darmanto menolak semua tuntutan jaksa.Diputuskan pula bahwa puisi Mutakhir Indonesia memang ada,cuma belum berkembang.Bunyi keputusan :
1. Para kritikus sastra tetap diizinkan untuk menulis dan mengembangkan kegiatan serta meneruskan eksistensinya,dengan catatan harus segera mengikuti kegiatan kursus penaikan mutu dalam Sekolah Kritikus Sastra,yang akan segera didirikan.
2. Para redaktur Horison tetap diizinkan terus memengang jabatan mereka,selama mereka tidak merasa malu.Bila dikehendaki sendiri,mereka boleh mengundurkan diri.
3. Para penyair mapan,established,masih diberi peluang untuk berkembang terus.Begitu juga para penyair epigon dan inkarnatif,boleh menulis terus dengan keharusan segera masuk kedalam Panti Asuhan atau Rumah Perawatan Epigon.
4. Majalah sastra Horison tidak perlu dicabut SIT-nya,hanya dibelakang nama lama harus diembeli dengan kata “Baru”,sehingga menjadi Horison Baru.Masyarakat luas tetap mendapat izin membaca sastra dan membaca puisi.Demikian keputusan Majelis Hakim.
Jaksa Slamet Kirnanto tidak merasa puas dengan keputusan ini dan menyatakan naik banding kepengadilan yang lebih tinggi.Dan di tanggapi oleh Hakim “boleh-boleh saja.Nanti kapan-kapan dikota lain”.Pembela merasa heran dengan prestasinya dan minta supaya kopinya ditambah panitera.Permintaan dikabulkan.

Jumat, 14 April 2017

Catatan tentang si Pendiri Kota Samarinda




Ulasan mengenai Kunjungan Makam Lamohang Daeng Mangkona
Dengan Judul
“Catatan tentang Si Pendiri Kota Samarinda”

Oleh:

Nama : Mira Santika
NIM : 1614015006
Kelas : Sastra Indonesia (A) 


Catatan Pertama : Perjalanan ke Makam Bersejarah
‘La Mohang Daeng Mangkona’
Tanggal 8 april 2017,hari sabtu merupakan hari yang telah dijadwalkan sebagai hari kunjungan ke makam bersejarah di Samarinda seberang.Kunjungan diikuti eluruh mahasiswa dan mahasiswi Sastra Indonesia angkatan 2016 untuk kelas A dan B.Kami berangkat sekitar pukul 10 dari kampus Fakultas Ilmu Budaya menuju ke lokasi kunjungan dengan menggunakan kendaraan pribadi.Sebelum berangkat kami diabsen terlebih dahulu dan berdoa kemudian dengan beriringan kami mulai berangkat dengan kecepatan rata-rata.
Rombongan kami yang dari kelas Sastra indonesia A dan B bersama dosen Tradisi Sastra Nusantara, Dahri Dahlan ,S.S.M.Hum akhirnya tiba ke lokasi makam bersejarah setelah menempuh kurang lebih 30 menit.Dari kejauhan telihat tulisan “Taman Makam Lamohang Daeng Mangkona” dengan tulisan kapital ketika memasuki kawasan bangunan bersejarah yang terletak di Kota Samarinda atau lebih tepatnya Samarinda seberang di jalan Abdul Rasyid yaitu sekitar 300 meter dari Masjid Tua Sirathal Mustaqiem yang merupakan masjid tertua di Kota Samarinda.
Lokasi taman makam terlihat asri dan menyenangkan.Kawasan perumahan makam terbuat dari kayu ulin berlantai ubin.Didalam perumahan makam hanya terdapat beberapa makam saja,dari penjaga makam diketahui bahwa kebanyakkan makam yang dianggap berhubungan dengan makam Lamohang Daeng Mangkona terdapat dibagian belakang perumahan makam.Ada pagar dari rumput yang menjadi tolak ukur keseluruhan pagar,sehingga diketahui dari pagar didepan hingga kebelakang mungkin ada sekitar 200 buah makam yang tersusun tidak teratur,berbeda dengan keadaan makam yang ada dibagian perumahan.Dibagian samping perumahan terdapat miniatur perahu layar sederhana.Juga terdapat danau kecil yang disekitarnya dihiasi dengan rerumputan hijau.Ketika kami berkumpul didalam perumahan makam,pertama kami berdoa masing-masing dan dilanjutkan dengan wawancara dengan penjaga makam.Setelah selesai didalam perumahan saya dan tiga teman saya serta teman-teman seangkatan berkeliling dibagian belakang perumahan makam sambil memoto beberapa lokasi.

“LEGENDA”
Apa itu Legenda ?
Ada beberapa pengertian dari legenda, yaitu sebagai berikut :
A. Legenda adalah dongeng yang menceritakan asal mula (nama) suatu  tempat ( Tim Abdi Guru,2004:102).
B. Legenda adalah cerita prosa rakyat yang mirip mite,yang dianggap  benar-benar terjadi tetapi tidak dianggap suci.
C. Legenda oleh yang empu-nya cerita sebagai suatu yang benar-benar  terjadi (Danandaja,2002:_).

Ciri-ciri Legenda
Legenda merupakan cerita rakyat yang memiliki ciri-ciri,yaitu sebagai berikut :
1. Oleh orang yang empunya cerita dianggap sebagai suatu kejadian yang  sungguh-sungguh pernah terjadi.
2. Bersifat sekuler (keduniawian),terjadinya pada masa yang belum begitu  lampau,dan bertempat didunia seperti yang kita kenal sekarang .
3. “Sejarah” kolektif , maksudnya sejarah yang banyak mengalami distorsi  karena seringkali dapat jauh berbeda dengan kisah aslinya.
4. Bersifat migration yakni dapat berpindah-pindah ,sehingga dikenal luas  didaerah-daerah yang berbeda.
5. Bersifat siklus,yaitu sekelompok cerita yang berkisar pada suatu tokoh  atau kejadian tertentu,misalnya di Jawa legenda-legenda mengeni Panji.
6. Dan juga telah dibumbui dengan keajaiban,kesakitan dan keistimewaan  tokohnya

 Jenis-jenis Legenda
Legenda dapat dibagi kedalam empat jenis,yaitu :
A. Legenda Keagamaan
Didalam legenda keagamaan banyak kita jumpai kisah-kisah para wali penyebar islam,misalnya,Sunan Kalijaga dan Syekh Siti Jenar di Jawa,sedangkan di Bali dapat kita temui legenda tentang kisah Ratu Calong Arang.
B. Legenda Kegaiban
Legenda ini berkisah tentang kepercayaan rakyat pada alam gaib,misalnya kerajaan gaib orang Bunian dirimba raya Sumatra,kerajaan gaib Pajajarab di Jawa Barat,Kerajaan gaib Laut kidul di Jawa Tengah dan Yogyakarta,dan Si Manis Jembatan Ancol dari Jakarta.
C. Legenda Perseorangan
Legenda perseorangan menceritakan tokoh tertentu yang dianggap pernah ada dan terjadi,misalnya Sabai nan Aluih dan si Pahit Lidah dari Sumatra,Si Pitung dan Nyai Dasima dari Jakarta,Lutung Kasarung dari Jawa Barat,Rara Mendut dan Jaka Tingkir dari Jawa Tengah,Suramenggolo dari Jawa Timur,serta Jayaprana dan Layonsari dari Bali.
D. Legenda Lokal 
Legenda lokal adalah legenda yang berhubungan dengan nama tempat terjadinya gunung,bukit,danau,dan sebagainya.Misalnya,legenda terjadinya Danau Toba diSumatra,Sangkuriang (Legenda Gunung Tangkuban Perahu) di Jawa Barat,Rara Jonggrang di Yogyakarta dan Jawa Tengah, Ajisaka di Jawa Tengah dan Desa Trunyan di Bali (Wardaya,2009:28).

Perbedaan Legenda,Mitos dan Sejarah
Melihat beberapa hal mengenai legenda,tentunya kita akan sering menghubung-hubungkan dengan mitos dan sejarah.Sebagaimana dengan yang kita ketahui adalah legenda adalah cerita prosa rakyat yang mirip mite,yang dianggap benar-benar terjadi. Sedangkan mitos adalah cerita tentang makhluk atau dewa-dewi kepercayaan masyarakat ( Tim Abdi Guru,2004:102).Dan sejarah,menurut Voltaire adalah suatu narasi fakta-fakta yang diterima sebagai sesuatu yang benar,yang berbeda dengan fabel (Sjamsuddin,2007:8)..Pada masa Voltaire titik berat diletakkan pada perlunya pemisahan antara sejarah dari fabel,yang pada waktu itu belum jelas bagi orang kebanyakan (bahkan termasuk jumlah sejarahwan)(Topolski,1973:52-53).
Ketika mengamati beberapa pengertian diatas tentunya kita dapat memahami perbedaan dari ketiga hal tersebut.Meskpun sama-sama pengerahuan tentang waktu,sejarah juga membedakan dirinya dengan mitos dan legenda.Mitos tidak menjelaskan tentang kapan sesuatu terjadi ,sedangkan bagi sejarah penjelasan tentang waktu itu penting (Kuntowijoyo,1995:63

Catatan Kedua : Tentang Lamohang Daeng Mangkona

21 januari 1668 ibukota provinsi Kalimantan Timur,Samarinda berdiri. Namun,siapakah tokoh yang sangat berperan dalam sejarah berdirinya kota Samarinda ?.Sebut saja Lamohang Daeng Mangkona yang merupakan pendiri kota Samarinda.Selain itu,Daeng Mangkona adalah seorang pemimpin dari suku Wajo.Bagaimana sejarahnya sehingga ia bisa datang ke pulau Kalimantan dan mendirikan kota Samarinda ?.
Daeng Mangkona (bergelar Pua Ado) adalah orang Bugis Wajo dari Kerajaan Gowa yang tidak ingin tunduk pada perjanjian Bongaya setelah Kesultanan Gowa kalah akibat serangan pasukan Belanda.Rombongan Bugis tiba di Kalimantan Timur dengan perahu sederhananya.Dan kedatangan orang-orang Bugis Wajo diterima dengan baik oleh Kesultanan Kutai.Seperti penduduk kutai asli,mereka dipersilahkan untuk tinggal didaerah dekat sungai di Tanah Rendah.
Sekitar tahun 1668,sultan kutai pada masa itu memerintahkan Daeng Mangkona besama kelompoknya membuka perkampungan dan pembukaan perkampungan terletak diwilayah Tanah Rendah.Maksud dari pembukaan perkampungan ini adalah sebagai daerah pertahanan atau wilayah untuk mengawasi aliran sungai dari serangan perampok atau serangan bajak laut.Selain itu, sultan kutai yang terkenal bijaksana itu juga bermaksud memberikan tempat bagi perantau yang datang kewilayah kesultanan Kutai terutama untuk rombongan Bugis Wajo yang diperkirakan sekitar 200 orang yang dipimpin oleh Daeng Mangkona yang merupakan penghuni pertama yang tinggal dipinggir sungai dan membangun rumah panggung.
Dan Samarinda bukan hanya nama yang dicetuskan tanpa sejarahnya. Samarinda berasal dari kata Sama Rendah, selain menunjukkan bahwa terletak di pinggiran sungai yang identik dengan kawasan yang rendah juga bermaksud sebagai penanda bahwa semua penduduk,baik asli maupun pendatang itu berderajat sama.Tidak ada perbedaan yang dilihat oleh Kesultanan Kutai baik itu orang asli (kutai) atau perantau seperti orang Bugis,Banjar,dan suku lainnya.Tidak heran kalau diwilayah kalimantan Timur tepatnya Samarinda yang bermukim (bertempat tinggal) didalamnya bukan hanya orang asli kutai melainkan ada yang dari suku lainnya.Tanggal 21 januari ditetapkan sebagai peringatan kematian beliau sebagai penghargaan kepada beliau sebagai pendiri Kota Samarinda.

Catatan Ketiga : Pengamatan tentang Lamohang Daeng Mangkona  

Ketika membahas Lamohang Daeng Mangkona,wilayah Samarinda merupakan hal yang menjadi bukti perantauan dari beliau ,dimana penduduk yang berbeda suku dalam satu pulau yang merupakan hasil dari kebijakan Kesultanan Kutai yang menyetarakan semua orang baik penduduk asli Samarinda (kutai) dan para pendatang dan makna tersurat dari nama ‘Sama Rendah’.
Ada sebuah makna Bhineka Tunggal Ika didalam cerita tentang Lamohang Daeng Mangkona,Indonesia sudah terkenal dengan negara kepulauan dan banyak suku didalamnya.Namun,didalam suatu pulau mungkin hanya ada satu suku yang dominan,dan yang perlu kita perhatikan adalah Lamohang Daeng Mangkona mendirikan kota di pulau Kalimantan,walaupun dia hanyalah seorang pendatang.Hal inilah yang perlu kita teladani dalam sejarahnya Lamohang Daeng Mangkona.Didalam kehidupan sosial,perlunya ada toleransi apapun suku kita dan bagaimana kebudayaannya serta kepercayaan yang dianut kita harus saling menghargai dan menghormati.

Catatan Keempat : Harapan untuk Taman Makam Lamohang Daeng Mangkona
Tentang keadaan lingkungan yang ada disana sebetulnya sudah terlihat indah dan asri,dilengkapi dengan pepohonan serta rerumputan.Bahkan miniatur kapal yang berada dibagian sebelah perumahan makam.Itulah yang terlihat ketika kita memasuki lokasi makam Lamohang Daeng Mangkona
Akan tetapi,ketika saya melihat beberapa makam yang berada dibagian belakang.Saya hanya berpikir prihatin.Karena makam-makam yang hanya dengan nisan sederhana dibelakang perumahan ,beberapa diantaranya rusak.Makam-makam tersebut dikatakan sebagai makam-makam rombongan Bugis Wajo yang ikut dalam pelayaran Daeng Mangkona.

Tidak terlihat seperti makam yang terdapat diperumahan,makam itu hanyalah nisan sederhana dari kayu dan batu yang menandakan tempat bersemayam.Di sekitar makam terlihat bersih dan dihiasi dengan rerumputan kecil dan pohon.Makam yang terlihat tidak teratur tentunya belum dapat dibangun seperti makam yang diperumahan dikarenakan pembangunan yang baru dimulai sekitar tahun 2012.
Mungkin harapan saya adalah agar makam-makam yang nisannya sudah rusak dan pecah agar lebih layak.Bukan bermaksud dibuat seperti makam yang berada dibagian dalam perumahan ,karena saya mengerti bahwa sebuah pembangunan tentunya memerlukan biaya.Yang harus dilakukan adalah,memperbaiki agar menjadi tempat peristirahatan yang layak untuk para rombongan Bugis Wajo yang membangun Kota Samarinda bersama Daeng Mangkona.
Selain itu,alangkah lebih baik para ahli memeriksa lagi atau menelusuri kembali mengenai sejarahnya Lamohang Daeng Mangkona.Karena taman Makam Lamohang Daeng Mangkona adalah salah satu cagar budaya,yang pastinya akan menjadi tempat penting bagi para penikmat termasuk para pelajar yang berkecimpung kedalam masalah kebudayaan dan sejarah.


Daftar Pustaka

Wardaya.2009.Cakrawala Sejarah 1.Jakarta:PT.WIDYA DUTA GRAFIKA.
Tim Abdi Guru.2004.SeribuPena Bahasa Indonesia SMP.______:Penerbit  Erlangga.
Sjamsuddin,Helius.2007.Metodologi Sejarah.Yogyakarta:Penerbit Ombak.
Topolski,Jerzy.1973.Methodology of History,terjemahan Olgierd  Wojtasiewicz,Dordrecht-      Holland/Boston-USA:D.Reidel Publishing  Company.
Kuntowijoyo.1995.Pengantar Ilmu Sejarah.Yogyakarta:PT. Bentang Pustaka.



.